Kliping Online Baru Kami
Setelah sekian lama kliping online tiga bersaudara menggunakan domain gratisan sekarang pindah ke http://www.kedungwungu.com.
Silahkan berkunjung untuk mendapatkan artikel terbaru dari tiga bersaudara penuntut dan pembagi ilmu. Anda bisa disuguhi kajian tasawuf, fikih kontemporer, dan masih banyak lagi.
http://www.kedungwungu.com, madrasah tasawuf dan fikih progresif era digital.
Redupnya Nur Muhammad, Hancurnya kemanusiaan dan Kebangsaan
Oleh Dr. K.H. Ahmad Najib Afandi, MA*)
Mukadimah
Sejarah mencatat betapa suramnya dunia selama beberapa abad lamanya dan manusiapun terbelenggu dalam kebodohan, ketertinggalan dan kenistaan hidup, hancur tak bernilai, itulah era jahiliyah. Manusianya cerdas, memiliki kemampuan berkreasi, semangat dan etos kerja yang tinggi sehingga mampu membangun peradabannya yang khas, kultur jahiliyah. Namun demikian tetap saja kekerasan, pertikaian, pembunuhan dan perzinahan juga lainnya menjadi citra kehidupan mereka yang tercatat tinta emas sejarah.
Melegalisasi Maksiat dengan Syariat
Maka, tanpa merasa berdosa adegan yang dilihat semalam dalam layar kaca, siangnya dipraktikkan generasi muda kita, di sekolahan atau kampus dan pinggir jalan. Dari sini perlu adanya proteksi terhadap film yang tidak mendidik dan penonton harus menyikapi setiap adegan film dengan akal sehat, misalnya Kawin Kontrak yang berusaha membohongi remaja untuk melegalisasi maksiat berkedok syariat.
Baca selengkapnya…
Kemerdekaan yang Ternoda
Pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus, 63 tahun silam Ir. Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sajoeti Melik di jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat. Mulai saat itu, Indonesia resmi menjadi negara yang independen. Perjuangan panjang para pahlawan, yang sekaligus perpaduan antara faktor nasional dan internasional, pada akhirnya ternoda oleh ulah segelintir orang.
Tarekat Sanusiah di Libya
Esoterisme Islam dan Politik
Historical accounts kehidupan para sufi terangkai bagaikan legenda. Cerita nan kompleks: kisah penuh khayalan, dan kasat pula dengan nilai-nilai spiritual. Sulit untuk menyangkal bahwa kita tidak mungkin bisa memisahkan, dari kisah kehidupan mereka, bagian mana yang merupakan cerita fiksi dan bagian mana yang menjadi realitas historis.
Rencana
Mungkin saja Tuhan berfirman seperti itu pada umat-Nya, seperti yang dia yakini. Tapi menurut hemat saya, jangan lupakan ayat di atas: perubahan dari kita dan hasil berdasarkan keseriusan umat-Nya. Maka dari itu, jangan terlalu bermimpi Tuhan akan berfirman pada kita. Firman yang dicetak miring dan tebal di atas. Semua perlu rencana dan usaha nan serius untuk bisa mewujudkannya.
Terpesona Leptis Magna
Libya— Pagi itu puluhan mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Kulliyah Ad Dakwah Al Islamiyyah Al Alamiyyah, Tripoli, Libya rihlah (tamasyah, red) ke reruntuhan Leptis Magna, istana Romawi di Lubdah, Libya. Mereka takjub saat melihat puing-puing kota yang dibangun pada awal abad ke sepuluh sebelum masehi. Meski tinggal puing-puing saja, tapi masih menyisahkan keindahan dan kekokohan bangunan yang terbuat dari batu itu. Apalagi setelah mereka melihat replikanya yang tersimpan di dalam museum.
I’rab Agama
Oleh: A. Muntaha Afandie
Dari ”agama tiri,” Islam menjadi agama yang disegani. Ia pernah mengontrol ”lalu-lintas” budaya dunia. Batas-batas bangsa menjadi bias. Yang ada, saat itu, hanya satu: Islam. Seiring modernisasi bahasa, peristiwa itu bisa saya sebut dengan globalisasi. Maksudnya, tidak ada sekat antar Eropa (Andalusia), Afrika (Mesir dan sekitarnya), dan Arab. Semua berada dalam satu panji: Islam.
Bidah, Sesat, Surga, dan Neraka
Oleh A. Muntaha Afandie
”Barang siapa melakukan hal baru dalam agama kami yang tidak merupakan bagian dari agama itu, maka pekara tersebut tertolak,” sabda nabi Saw. Perkataan nabi yang lainnya adalah, ”Setiap bidah sesat dan setiap yang sesat masuk neraka.” Berdasarkan dua sabda di atas sebagian orang (baca: kelompok) secara gebyah uyah mengklaim bahwa apapun yang tidak pernah dilakukan nabi pasti bidah. Benarkah setiap hal yang tidak ada pada zaman nabi adalah sesat, implikasinya nanti masuk ke dalam neraka?
Pembenaran
A. Muntaha Afandi
Perbedaan hal biasa dalam Islam. Dan agama ini menghargainya, seperti kata kalimat hikmah, ”Ikhtilaf al a’immah rahmatun lil ummah, perbedaan para imam menjadi rahmat bagi ummat.” Sebaliknya, Islam tidak mengajarkan untuk merasa benar sendiri (truth claim). Ironisnya, banyak kalangan (baca: kelompok) yang merasa bahwa tiket masuk surga hanya akan diberikan pada mereka, yang lain haram. Lebih ironis lagi, dalam upaya pembenaran terhadap doktrin yang mereka anut, kelompok ini tanpa malu memelintir suatu dalil (hadits dan Alquran).